05/12/10

Mengapa saya Bernama ?



Apalah arti sebuah nama ? begitulah ucap Shakespeare dalam roman Romeo dan Juliet yang lekat di telinga kita. Bahkan saking melegendanya, ungkapan tersebut terasa ringan diucapkan ketika awal perkenalan, atau saat ketika seseorang enggan menyebutkan namanya pada orang yang baru dikenal. Dan (faktanya), tak banyak orang yang tahu kisah di balik ungkapan legendaris shakespeare tersebut –termasuk saya-. Walaupun sangat sederhana, ungkapan tersebut nyatanya memang bermakna luas, bermula dari kisah cinta dua ikon pasangan kekasih, Romeo dan Juliet yang memang terbebani oleh nama belakang mereka. Dengan setting di jaman kuno, bukan tidak mungkin kalau nama keluarga yang disandang seolah memang membawa pesan tertentu kala itu. Apalagi bagi Romeo dan Juliet yang dalam kisahnya memang berasal dari dua nama keluarga yang saling bermusuhan (yang artinya, cinta mereka dianggap tabu). Tidak perlu saya bahas lebih jauh, yang jelas pada akhirnya sahakespeare memilih ungkapan ‘apalah arti sebuah nama’ untuk menunjukkan bahwa cinta bisa terjadi pada siapapun, dari keluarga manapun, dan dengan nama apapun seperti romantika Romeo dan Juliette yang (sayangnya) berakhir tragis. Dengan setting tersebut saya setuju, bahwa ungkapan ‘apalah arti sebuah nama’ memang perlu untuk menunjukkan kesamaan atau kebebasan menyalurkan cinta pada siapapun tanpa diributkan persoalan (konflik) keluarga.

Sampai disini, tulisan saya belum jelas akan bermuara kemana. Namun ibarat lukisan abstrak, garis-garis nan berwarna warni yang tampak tak beraturan pun pada akhirnya menyimpan makna. Sebagai dalih seorang penulis amatir, sayapun menyertakan ilustrasi di atas untuk sekedar memberi nafas dalam jeda antara judul dengan inti yang ingin saya sampaikan. Ya, meskipun berbeda kisah dengan tokoh-tokoh ternama di atas, tulisan kali ini tak jauh beranjak dari persoalan tentang nama. Sebuah pikiran melintas, jika ini tulisan seorang idealis lurus mungkin akan terbit dengan judul ‘Menggugat Pemaknaan Nama’, atau mungkin jika terlahir dari seorang pujangga akan muncul dengan pembuka “...namapun kian meretas makna, di tengah gaduh dunia yang fana..sebaris nama menguak perangai dalam ego pemiliknya ..”. Tak bisa disepelekan, dari insting penyusun kata-kata (baca : penulis) dengan latar yang berbeda, satu bahan bisa menjadi santapan lezat nan menggairahkan dengan caranya masing-masing. Sedangkan saya, keduanya bukan menjadi pilihan atau kecenderungan dalam diri saya. Selalu memikirkan segala yang mudah menjadi rumit, dan seringkali mengais makna dari semua hal yang entah sebenarnya bermakna atau tidak, itulah saya. Jadi, tak sulit saya memberi judul, cukup dengan menanyakan entah pada siapa : Mengapa Saya Bernama?

Sederhana, tulisan saya hanya ingin menunjukkan beruntungnya saya. Menurut kisah yang acapkali saya dengar, nama ini pemberian dari beberapa kerabat yang akhirnya dirangkai untuk memberi nama seorang bayi perempuan (cantik) yang terlahir di ujung tahun 80an lalu. Kata orang, nama saya terdengar (a)njawani alias berbau ke Jawa-an, tidak heran keluarga besar saya memang aseli Jawa (Tengah) tulen dengan sangat sedikit sekali campuran darah dari pulau seberang. Nama itu, Artati Ajeng Nariswari. Untuk orang modern yang menyukai nama kebarat-baratan mungkin kurang nyambung dengan nama ini karena terlalu Jawa, meskipun kalau dilihat maknanya saya rasa tidak ada yang tak suka (bolehlah saya sedikit berbangga).

Nama adalah do’a, dan saya berharap semua makna yang terukir dalam nama saya cepat atau lambat semoga memang benar-benar menggambarkan diri saya (insyaallah). Karena saya merasa, ada do’a yang tak henti dipanjatkan selama nama tersebut melekat dalam diri saya. Artati, banyak orang sering kepeleset menuliskannya dengan Hartati atau Artanti. Menurut sumber yang saya baca, makna nama Artati adalah ‘manis’. Dari artikel lain saya menemukan bahwa Artati berarti pula menunjuk pada pribadi yang dianugerahi bakat istimewa untuk meraba kehalusan, mencicipi kemanisan, merasakan keindahan, mendalami relung-relung budaya, serta menyelami rahasia manusia dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (Suhatno, 1979/1980:4). Tak tanggung-tanggung, meresapi kalimat tersebut membuat saya agak ternganga, sebegitu dalamkah makna di dalam nama saya. Untuk nama tengah yang sekaligus menjadi nama panggilan saya adalah Ajeng yang maknanya cukup singkat namun begitu lekat dengan kekhasan seorang wanita, yaitu ‘cantik’. Menjadi pelengkap dari nama saya, ‘Nariswari’ dipilih sebagai penutupnya. Nariswari sendiri berarti yang paling unggul diantara para wanita. Seringkali ada yang menyamakan Nar(i)swari dengan Nar(e)swari, meskipun dilihat dari maknanya amat berbeda, yaitu bahwa Nar(e)swari artinya permaisuri.
Dalam tiga kata tersebut, ada banyak harapan yang disematkan. Dalam tiga makna tersebut, ada sebentuk cinta yang saya rasakan. Saya beruntung, mengingat tiap nama yang melekat amat sarat makna. Artati Ajeng Nariswari, mungkin begini maknanya : seorang yang unggul diantara para wanita dengan kepribadian yang cantik dan pembawaan yang halus, penikmat keindahan, budaya, dan nilai-nilai dalam diri manusia lainnya.
Tulisan saya ini hanya sebentuk penghargaan dan rasa terima kasih saya untuk orang tua dan kerabat yang telah turut andil dalam penamaan saya waktu itu. Atau bolehlah jika saya maksudkan tulisan ini sebagai pengingat bagi diri saya pribadi, bahwa ada harapan dari mereka kepada saya untuk benar-benar mewujudkan kebaikan yang sudah terukir di dalam nama saya. Satu catatan lagi, bahwa saya tidak mengada-ada, semua pemaknaan nama di atas saya ambil dari beberapa sumber berikut untuk nama Artati, disini untuk makna Ajeng, dan makna Nariswari pada link ini. Jadi, mengapa saya bernama ? jelas, karena ada harapan dan do'a yang ingin mereka sematkan dalam diri saya. Mulai sekarang, cari makna nama anda dan biarkan sebanyak mungkin orang tahu. Bukan demi pujian, namun agar keindahan dibalik nama kita bisa pula menjadi pilihan do'a atau harapan untuk ribuan calon bayi lainnya.