27/06/11

لا تحزنوا

Tidaklah seorang muslim yang taat jika di dalam hatinya masih dipenuhi kotoran hati; ada iri, dengki, dendam, dan penyakit hati lainnya yang tidak lagi asing..bukan pula seorang hamba yang bersyukur, jika di dalam hatinya jauh dari kesadaran bahwa nikmatNya yang paling utama untuk kaum muslim adalah selalu menjadikan hatinya bersih..
Ia memberi kita porsi yang tepat, untuk semua luka , lara dan derita..tidak lebih juga tidak kurang, sesuai dengan kemampuan kita..namun Ia tidak memberi batasan untuk kebahagiaan hati kita, karena semakin dalam kita mensyukuri apapun yang ada, semakin dalam pula kebahagiaan yang akan turut tercipta..

Allah Maha Pemberi semua yang kita harapkan, walaupun dalam beragam cara yang tidak terbayangkan..
Allah membuat mata kita takjub pada gelimang harta, ketika kita mengharapkan bertambahnya sifat zuhud terhadap dunia..
Allah mengirim beribu masalah dalam diri, ketika kita memohon luasnya hati..
Allah menambah beban yang seolah tak terselesaikan, ketika kita terus memohon ditambahnya kesabaran..
Allah mengirim orang-orang yang berlaku zalim, ketika kita meminta dimudahkan mengalahkan hawa nafsu atas amarah dan dendam..
dan akhirnya..ketika Allah memberi hidup kita tiada cela di mata yang lain, justru di saat itulah rasa syukur kita terhadapNya sedang benar-benar diuji...
Allah tak pernah tidur, Allah tak pernah lupa akan janjinya pada orang-orang yang berhasil melalui ujianNya...

untuk semua masalah yang menggoyahkan jiwa, untuk semua ujian yang memperlemah keyakinan, dan untuk semua godaan dunia yang melalaikan kewajiban...Demi Allah, saya ingin menjadi hambaNya yang kuat merintangi zaman..


26/06/11

every word has power


posting ini sebagai rupa daya sya menunjukkan quote indah dari mereka, yang kebetulan (sengaja) masih saya pertahankan di dalam kotak pesan masuk..sekadar berbagi..mungkin juga menginspirasi..yaa minimal untuk meyakinkan diri ini..betapa saya juga masih dicintai..

from my dearest mom, at her wedding anniversary
"..makasih anakku sayang..sampai kapanpun ibu akan selalu memberikan seluruh cinta, perhatian, doa, pengorbanan untuk anak-anak ibu sayang..."
"..ya semua diberikan untuk anak-anaknya dg sepenuh cinta anakku..bahkan demi anak-anaknyapun seorang ibu rela mengenyampingkan kebahagiaannya..oke sayang, selamat belajar ya..doa dan cinta ibumu selalu untukmu dan mas..."
from my parent, a support at my first thesis proposal presentation
" ya dik..semoga sukses dan lancar..amiin"
-yeaa..thats my father..looks do not really care and flat .. but actually he was a very loving and caring .. sensitive to anything that I experienced-

"ya sayang..doa dan cinta ibu mengiringi langkahmu..mudah-mudahan Allah membimbingmu ya nak..mantapkan langkahmu.."
-
as usual .... she is very expressive ..thanks mom..-

----------------

senjata yang paling nyata bukanlah pisau tajam dan pedang yang berkilau...justru dengan kata-kata yang tulus, sebuah makna akan tersampaikan dengan amat dalam...


sebagian diri saya adalah penikmat keindahan, dan perasa yang teramat peka,,sebagian yang tertulis adalah ucapan sederhana yang tak terlalu dalam bermakna, namun saya tahu bahwa semuanya telah mampu mengisi kekosongan jiwa saya dengan cinta..

20/06/11

gara-gara orba (lagi) ?



Dalam kajian tugas akhir saya sebagai mahasiswa strata satu alias es-satu..persoalan masyarakat desa dan mekanisme pembangunannya menjadi makanan sehari-hari yang terus memenuhi pikiran saya..ada kalanya dengan yakin saya menulis bahwa budaya dan pilihan masyarakat-lah yang menjadi pemicu tergelincirnya mereka kedalam arus marginalisasi, namun suatu ketika dibolak balik dipikir dan direnungkan, tidak mungkin terbentuk sebuah kebiasaan/budaya jika tidak ada sarana yang semakin memperjelas bentuknya…bisa karena biasa,ya bgitulah...masyarakat begitu karena terbiasa…pertanyaannya, apa/siapa yang membiasakan masyarakat desa menjadi bermental ‘wong cilik’..??

Dirunut dari orde baru dulu, bisa jadi kebiasaan pemerintah untuk memanjakan masyarakat dalam urusan pembangunan turut berkontribusi menjadikan masyarakat bermental ‘terima jadi’..asal makmur tidak peduli substansi pemberdayaan dan berkelanjutan yang sebetulnya jauuh lebih penting..program-program di desa yang sebagian besar pemberian instan dan dalam jangka waktu singkat, seolah ingin merealisasikan janji orde baru untuk membuat masyarakatnya kenyang tanpa harus berdiri di kaki sendiri…negara erat mencengkeram seluruh sendi kehidupan tanpa terkecuali, hingga persoalan asasi yang kerap dibatasi..orde baru betul-betul berperan sebagai pelayan, menyediakan yang masyarakat butuhkan secara instan, menciptakan program bertarget singkat untuk hasil yang melimpah, dan menempatkan segala urusan hanya di tangan negara tanpa terbantahkan..alhasil, ada dua kemungkinan dan ada harga yang harus dibayar untuk semua ‘pelayanan’ tersebut..masyarakat menjadi bermental instan dan berorientasi hanya pada kuantitas atau hasil tanpa diringi usaha dan keberlanjutan..atau masyarakat menjadi manusia apatis yang semakin pragmatis dengan urusan negara/pembangunan dan semacamnya, karena selalu dihilangkan perannya di masa orde baru..tanpa sadar masyarakat semakin dijauhkan dari lingkaran kekuasaan yang menjadi elit-elit di jamannya..seolah hanya hidup untuk diam dan duduk tenang, pemerintah dan pamongnyalah yang bekerja..enak? tidak selalu, nyatanya kini kenikmatan tersebut berbuah pahit..pragmatisme dan apatisme masyarakat untuk ikut berperan dalam urusan negara/pembangunan terus mengemuka..ganjalannya ada pada budaya masyarakat ‘desa’ yang masih enggan untuk turut bergerak ketika dirasa sudah ada pamong-pamong/elit-elit yang bekerja..
”wes ana sing luwih pinter..”, kata mereka..
ungkapan bernada merendah atau tak peduli..? nyatanya, masyarakat desa masih terperdaya dengan segelintir kalangan dengan embel-embel jabatan ‘ketua….’ atau ‘tokoh…’. Tak mengira jaman terus beranjak, hingga tuntutan untuk perubahan semakin menjadi…masyarakat aktif harus bergerak, bersinergi, dan berdaya…meskipun nyatanya, yang namanya budaya tetap saja menjadi rule yang sulit tergoyahkan..meskipun dengan beragam argumen akademis, dialogis, dan –is –is lainnya…
’sing jenenge tani ki mung macul wae gaweane, ora rumangsa kudu teka yen ana rapat ning bale desa..urusan negara wes ana sing ngurusi, ora arep melu-melu…’
Melanjutkan dari pejuang dan penggerak perubahan lainnya…ke-sekian ribu kalinya saya turut berwacana..lepaskan masyarakat dari doktrin dan janji-janji pembangunan yang terus memabukkan..giring masyarakat untuk peka terhadap perubahan, dan dekatkan masyarakat pada usaha yang berkelanjutan..catatan di atas bukan memposisikan orde baru sebagai masa kelam, tapi masa pembelajaran yang amat berharga untuk hanya sekedar dikenang..