Ah..entahlah,aku pikir memang karena beginilah modern yang mereka cari..mungkin beginilah hal ihwal semua yang serba seolah terlihat berbeda menjadi luar biasa...kata mereka, di luar mainstream sepertinya. Pojok galau di hatiku kembali terusik,apa salahnya dengan menjadi sama? Toh kalau memang apa yang sama itu memang seharusnya sama...tapi seperti bah di awal bulan akhir tahun ini, semua beruntun, berjejal menampakkan aksi nyata mendemonstrasikan ke’beda’annya hanya demi .. ah entahlah demi apa akupun belum begitu mengerti.
Satu dua kali coba aku baca tulisannya, entah mengapa
ada sedikit kesan kalau ia memang ingin dikenal beda dengan yang
sewajarnya..wajar dalam arti yang ku pahami tentu..sampai leluconnya yang
sedang kubaca kini, satu kerutan, dua..hingga semua kerut keningku turut
bergerak..merespon leluconnya.
"Tidak ada yang lucu bagiku..hanya lelucon tidak senonoh, jorok, bahkan terlampau vulgar..lagi-lagi bagiku. Belum sampai usai keherananku, makin dibuat sesak tatkala mata ini membaca satu persatu tanggapan di bawah tulisannya. Semua menanggapi suka cita...."
...tertawa, mendukungnya dengan lelucon yang tak kalah absurd..bagiku.
Ah memang sudah sedikit hilang kesadaranku akan dunia kini, ada yang lucu aku
tak turut tertawa..ada yang berseloroh, kenapa bagiku hanya guyon yang tak tau
etika.
Itu soal lelucon, yang jelas-jelas wajarnya berakhir
dengan respon ‘ha ha ha’. Setelahnya aku balik laman lainnya, ada lagi ia
dengan tulisannya. Coba kubaca mundur, respon orang-orang yang terlebih dulu
aku amati..nama-nama mulia Tuhan tertulis, bahkan tak sedikit yang menanggapi dengan
ayat-ayat dari kitab suci..akupun sedikit tertawa, oh tadi memang guyon,
sekaranglah tulisannya yang pasti wajar..bagiku tentunya. Seketika aku terhenti, kembali membaca respon yang
tertera..satu dua orang aku tau, ia lah yang waktu itu berpenampilan sopan,
alim, ya layaknya seorang bapak atau ibu terhormat dengan bahasa dan kedudukan
yang miyayi..sampai kubaca
tulisannya, sejenak aku berpikir ia memang sedang menanggapi sebuah berita yang
dianalisis dengan sudut pemikiran agamais. Hingga dua per tiga tulisan sedikit
kembali mengerut keningku, alasan yang sama dengan sebelumnya. Bagiku, ini
bukan lelucon, cuplikan ayat dan kata-kata Tuhan hanya ia ambil untuk mendukung
nyinyirannya tentang sesuatu. Dan lagi-lagi
aku hanya bisa menepuk jidat, ah memang lagi-lagi aku yang tak bisa mengikuti guyon berkelasnya...ia memang beda, ataupun
kalau tidak benar-benar berbeda, bagiku ia memang sedang mencoba menjadi lain dengan
tulisannya. Mungkin jamannya semua serba biasa dalam pandangannya, sekarang ia
berusaha masuk dalam era ‘suka-suka’ ini dengan guyonannya yang memang
sesukanya.