17/01/10

belum menjadi siapa-siapa

ketika tak ada gagasan untuk menulis lebih dari sekedar ungkapan rasa..hanya ini yang bisa coba saya sertakan...sebuah ungkapan keprihatinan dan mungkin kepedihan yang tanpa sadar seringkali terlupakan..akan sebuah realita yang menjadi semakin biasa di tengah benturan dan gelombang keputus asaan..duka di negeri ini tak ubahnya sebuah bintang yang sulit terjangkau untuk saya saat ini..hanya secuil kata-kata ini yang bisa saya berikan..selebihnya,saya belum bisa berbuat apapun..negeri ini harus bertahan, sampai waktunya nanti saya akan ikut berperan..

NB:
judul kedua setelah tulisan di bawah ini, hanya ungkapan kegetiran ketika hak asasi yang seharusnya saya miliki (berpendapat dan bersuara..) terancam hilang karena ketakutan akan sebuah hukuman..




Serpihan Negeriku (30122009)

Senja menutup hari ini dengan kalut
Tak ada suka cita mengiringi munculnya kabut
Entah berapa kali negeriku kembali mengkerut
Tak percaya semakin banyak tonggak yang bangkrut

Belum purna upaya negeri untuk bangkit

Ada lagi sahutan dilema yang membuat negeriku sakit
Belum tegak benar negeriku berdiri
Filosofi negerikupun semakin sering dikritisi

Belum tuntas suara kemiskinan ditangisi
Datang lagi derai tawa kematian tak ada nasi
Sesak, berat, dan tak mudah diatasi
Sementara negeri menangani, ada yang lain korupsi

Duka kami rakyat kecil yang tak lagi percaya janji
Jangan salahkan jika nanti kami tak lagi bisa menahan diri
Saatnya kekuatan rakyat tak lagi bisa dibasmi

Berhenti mengebiri hak-hak kami
Sementara kursi yang kau dudukipun sebenarnya milik kami
Berhenti bersikap seolah kami tlah mati
Tanpa sadar bahwa kami amat tersakiti

Bersikaplah wahai negeri
Sesungguhnya kami setia menanti
Untuk merengkuhku kembali dalam sayap pertiwi



Mbak Prita (30122009)

Tersentak kami menatap layar kaca
Seorang wanita bicara berurai air mata
Sekejap kami sadar akan realita
Ia hanyalah menulis keluhan semata

Surat elektronik yang katanya membawa petaka
Tapi buat kami inilah fakta
Ketika negeri tak lagi teguh dengan asas demokrasinya
Substansi runtuh hanya formalitas semata

Bertahanlah dalam gelap yang pasti berujung
Nikmati tiap cercaan dan jangan kau merasa terkurung
Sesungguhnya ada banyak yang mendukung
Menuntut keadilan hukum untuk kebebasan yang terselubung

mencoba 'mempuitisasi' rasa

untuk tulisan yang satu ini..
tidak banyak saya bisa berkomentar...sebuah rasa kadang memang tak bisa dijelaskan..


Sepertinya [Bukan] Cinta (31122009)

Terasa diluar tapi menyatu di dalam
Terasa lepas, namun erat menerkam
Terasa biasa tapi memimpikannya semalam
Terendap dalam, sampai hampir tenggelam

Hanya sekejap bersua
Hanya sepintas berkata
Dan hanya sedikit mengerti dia
Seperti ada yang berbeda

Cukuplah menatap dari kejauhan
Ketika bintangnya kian bersinar
Bersorak disamping seorang perawan
Yang entah mengapa buat hatiku berang

Aah..sudahlah bukan cinta yang aku maksud
Bukan jua kerinduan yang semakin menusuk
Mungkin hanya kagum dan ingin memeluk
Hanya ingin..tapi tak sanggup menunjuk

Biarlah ia berlari dengan bahagianya
Selebihnya disini menahan asa untuk bersama
Berbincang lagi suatu ketika
Dengan rasa yang semakin nyata

semacam puisi ?!

Sebagai seorang pelajar (baca : mahasiwa) yang sok merasa paling sibuk..saya seringkali mengalami waktu-waktu menjenuhkan dengan banyak tugas..tugas dan tugas..satu dua tugas saya anggap 'wajar'..tiga empat tugas saya bilang 'yaa sekali-kali memang begini'..lima enam tugas, agak jengkel dan menanggapi dengan sikap 'mau nggak mau harus mau'..lebih dari itu?? wajarlah kalo akhirnya saya merasa 'agak tertekan dan terkekang'..dan dengan tulisan semacam puisi ini saya ingin coba mengungkap apa yang saya rasakan..karena kadang suara seseorang seperti saya di luar sana hanya seperti setetes air di tengah samudera, dan mungkin hanya sampai sini saja..karena saya (diam-diam) memang hanya seorang penakut (pengecut ??)..!?

yyaaa! inilah saya dengan dunia saya yang sesungguhnya..


Mengadu waktu (31122009)

Kalau tak salah malam kesekian

Ketika tak kuat lagi menahan beban

Tak mempan lagi dengan hiburan

Apalagi hanya sekedar saran

Di muka ruangan tertunduk dalam

Menatap layar yang tak kunjung padam

Kata demi kata beradu dalam kelam

Menyisir buku halaman demi halaman

Mereka bilang ini wajar untuk kalian

Keterbatasan dahulupun tak menjadi penghalang

Sekarang dengan segenap kemudahan

Apakah kalian tak sanggup menahan??

Bukan itu yang kami cemaskan

Bukan pula kuantitas yang kami takutkan

Tapi buka nuranimu dalam malam

Ketika tak segan lagi selalu memberi beban

Apa yang engkau kejar

Beradu dengan gelar?

Atau membimbing kami dengan benar?

Kami bukan mesin yang hanya bekerja setelah digerakkan

Kami bukan patung yang hanya diam selalu kau permainkan

Dengarkan kami yang sedang berpeluh

Lihatlah wajah kami yang semakin keruh

Dan tolong jangan abaikan kami yang mengeluh