02/07/09

(sok) nasionalis ?!

Sejenak saya terdiam..entah pikiran apa yang sedang terlintas, yang jelas tiba-tiba ada semacam resah dan kalut saya rasakan. Pada mulanya acara di sebuah stasiun televisi mengingatkan saya akan semangat nasionalisme dan kebanggan pada tanah air Indonesia, kemudian pikiran ini lambat laun beranjak dan berhenti pada sebuah kesadaran mengenai siapa yang akan menjadi penjaga sesungguhnya terkait keutuhan bangsa dan negara ini. Kesadaran yang sesungguhnya sudah sangat terlambat untuk saat ini, dan barangkali sudah tidak relevan untuk terpikirkan pada masa sekarang dimana nasionalisme hanya sebatas status kewarganegaraan, dan pengakuan dengan terpaksa karena mau tidak mau di sinilah saya berada sekarang. Menggetirkan dan sungguh tak terbayangkan betapa perih perasaan mereka yang dengan darahnya mempertahankan keutuhan dan kedaulatan Indonesia. Maka perlulah kita sejenak mengarungi kembali lembar demi lembar catatan sejarah, yang mungkin saat ini hanya menjadi sebuah onggokan kertas tak bertuan yang seringkali lalai untuk kita jadikan sebuah pelajaran.

Dimulai dari sebuah pertanyaan yang mengganjal bagi saya, apakah sebenarnya yang menjadi pemersatu Bangsa Indonesia ? menurut buku-buku sejarah yang dulu sempat saya nikmati di bangku sekolah, bahwa pemersatu kita tak lain dan tak bukan ialah bahasa Indonesia. Sebuah sumpah dari pemuda-pemuda Indonesia di akhir tahun 1928 dahulu menjadi sebuah awal kesadaran dan pengakuan akan eksistensi Bahasa Indonesia. Adalah Sumpah Pemuda yang kemudian menjadi jalan bagi tumbuhnya semangat bernegara dengan pengakuan atas tanah air Indonesia, Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia. Memang jaman sudah banyak berubah, jika masa itu nasionalisme digemborkan dengan cara-cara seperti itu, maka lain dengan sekarang, nasionalisme akan menjadi terlalu dangkal jika hanya ditunjukkan dengan deklarasi atau upacara seremonial untuk mengucap sumpah, janji, dan sebagainya. Yang pasti sejarah yang tertoreh tersebut menjadi sebuah pegangan dan barometer untuk turut berkontribusi dalam bidang kita masing-masing dengan cara yang lebih relevan dan menjanjikan.

Indonesia, betapapun kondisinya adalah tumpah darah kita. Sebagai bagian dari generasi muda, banyak peristiwa yang berkaitan dengan pemuda menjadi motivasi untuk terus mencari peluang dalam meraih cita-cita. Jika mengenang peristiwa-peristiwa yang telah lampau, saya mengingat beberapa moment dimana pemuda beperan besar di dalamnya. Seperti sumpah pemuda yang telah saya sebut di muka, masih banyak beberapa peristiwa lain yang dalam ingatan saya merupakan buah dari pemikiran pejuang-pejuang muda.

Jika di masa pendudukan Jepang maupun Belanda bangsa kita mengandalkan pemuda untuk terus berjuang dalam bentuk perjuangan fisik, maka setelah masa pemerintahan Soekarno Hatta dikenal peristiwa Rengas Dengklok dimana kaum muda menculik golongan tua yang akhirnya membawa Indonesia pada Proklamasi kemerdekaan. Ada lagi peristiwa yang membuktikan eksistensi pemuda ketika masa Orde lama dipaksa turun dan berganti dengan pemerintahan Soeharto. Sejarah Indonesia cukup unik dan menarik. Dimana diantara peristiwa-peristiwa runtuhnya orde-orde pemerintahan selalu diwarnai dengan peran pemuda. Orde Lama ada karena munculnya pemuda-pemuda seperti Soekarno dan Hatta yang memiliki visi dan misi untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan, namun kemudian runtuh juga karena desakan pemuda yang menganggap keduanya telah melenceng dari idealisme semula. Kemudian berganti dengan Orde baru juga akibat prakarsa pemuda, yang akhirnya kemudian seperti sudah diketahui banyak pihak runtuhnya Orde dibawah kepemimpinan Soeharto ini juga dilatarbelakangi desakan mahasiswa yang tak lain berasal dari generasi muda. Akhir dan awal yang tidak mudah bagi kedua orde tersebut.
Betapapun sulitnya perjuangan masa itu, toh akhirnya kita semua yang merasakan hasilnya. Kini, dengan segenap kemampuan dan setitik semangat yang tersisa, tidak bisakan sejenak kita berpikir serta bertindak demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar