Merasa familiar dengan jargon iklan tersebut ? ya, memang tidak ada yang aneh dalam jargon tersebut, maknanyapun saat itu hanya berkisar pada ajakan untuk menggunakan produk yang diiklankan. Namun dibalik kata-kata sederhana yang terangkai tersebut, ada sebuah fakta yang seringkali kita akui kebenarannya. Bahwa pandangan pertama selalu membawa kesan yang terdalam dan seringkali menjadi salah satu hal yang mendominasi penilaian kita terhadap suatu benda atau seseorang.
Jika melihat kondisi saat ini yang ramai dengan hiruk pikuk kampanye, debat kandidat, pidato politik, atau jargon-jargon kreatif yang di usung capres dan cawapres yang akan berlaga di Pemilu 2009 ini, kita akan disuguhi dengan aksi-aksi atau kata-kata menarik nan mengundang. SBY Berbudi saat ini secara positif lekat dengan kesan bijaksana, mengayomi, dan perpaduan yang harmonis antara dua orang yang saling melengkapi dari dua bidang profesi yang berlainan. Sedangkan JK Win, sisi positif mereka tergambar dalam ketegasan, tidak ragu-ragu, dan mengutamakan aksi konkrit dalam bertindak. Dan calon terakhir yaitu Mega Pro yang tak lain adalah satu-satunya capres wanita di pemilu 2009 ini adalah bahwa mereka berasal dari aliran partai yang sama, berbasis kerakyatan dan seringkali lekat dengan ungkapan wong cilik untuk menggambarkan bahwa calon ini merakyat dan bersimpati penuh kepada penderitaan rakyat. Lebih dari pada itu, sisi negatif yang tercipta seringkali juga mendominasi keseluruhan pandangan terhadap calon-calon tersebut. Kesan berpihak pada pihak asing, terlalu agresif dan berorientasi bisnis atau kesan sebagai provokator dan pihak oposisi dari calon incumbent adalah sebagian kecil dari sisi negatif yang ditangkap masyarakat. Tidak dapat dipersalahkan, aspirasi atau pandangan semacam itu muncul dengan sendirinya akibat doktrin media, maupun dari analisis tokoh-tokoh atau pemerhati politik, ekonomi dan psikologi yang saat ini banyak muncul dalam diskusi-diskusi publik.
Untuk itu, kemudian pembahasan meruncing pada sejauh mana penampilan di depan publik dari calon-calon tersebut turut mempengaruhi opini yang berkembang. Seperti disebutkan di awal, bahwa kesan yang terdalam seringkali muncul dari pandangan atau penilaian pertama. Maka dari itu, kita kenal fenomena Hello Effect yang menunjukkan betapa penampilan, atau kesan pertama sangat mempengaruhi penilaian akan sesuatu hal. Menurut Catur Suryoprianto (2009) Hello Effect adalah bias sistematik dalam penilaian terhadap suatu subyek, yang terjadi karena melakukan generalisasi dari satu aspek penilaian sehingga mempengaruhi seluruh aspek penilaian. Terjadinya Hello Effect dikarenakan cara berpikir individu yang cenderung membuat kategorisasi-kategorisasi mengenai sifat manusia, yaitu kategorisasi sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk. Melihat dari kecenderungan Hello Effect, maka pertanyaan yang muncul adalah apakah kesan yang ditampilkan di media benar-benar murni merupakan perangai atau orientasi dari calon-calon tersebut. Jangan-jangan, karena adanya kesadaran terhadap Hello Effect yaitu mengenai pentinganya kesan pertama, maka mereka justru berlomba untuk mendapatkan simpati publik dengan kata-kata manis, janji-janji surga dan perangai santun yang bakal memikat calon konstituen.
Adalah hal yang wajar jika upaya menarik simpati dilakukan pada masa dimana pilihan publik adalah yang menentukan hasil akhirnya. Namun perlu diingat pula bahwa tidak selamanya kesan pertama yang tercipta akibat lawatan calon-calon ke berbagai daerah, atau gaya berkampanye yang diusung ketiganya merupakan wujud asli yang nantinya akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Sebuah optimisme dan pemikiran positif menutup tulisan ini, bahwa kesan terbaik yang berusaha ditampilkan oleh para calon di atas adalah wujud dari betapa mereka menghargai dan menganggap kita sebagai calon pemilih yang penting untuk didahulukan yang nantinya akan menentukan nasib mereka. Tentunya sebuah harapan terbersit kepada semua calon agar opini positif yang telah terbentuk dapat dibuktikan ketika mereka berhasil menduduki tampuk kepemimpinan pada periode lima tahun kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar